STRATEGIC
MANAGEMENT
“External Environment Analysis”
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM,
CMA
Disusun oleh:
Fauzan 55117120032
Program Studi Magister
Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unversitas Mercu Buana
Jakarta
September 2018
Analisis lingkungan
merupakan suatu langkah pendahuluan yang
dilakukan oleh perusahaan sebelum merumuskan strategi yang akan diterapkan.
Tujuan dilakukannya analisis lingkungan adalah untuk mengetahui keunggulan
serta kelemahan dari perusahaan, dimana hal ini penting untuk diketahui oleh
perusahaan dalam rangka mendapatkan keunggulan kompetitif. Analisis lingkungan
ini bisa dilakukan dengan dua acara, yaitu analisis internal dan analisis
eksternal. Analisis internal berkaitan dengan segala sesuatu yang berasal dari
dalam perusahaan, seperti misalnya visi dan misi serta sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan. Analisis eksternal lebih berkaitan dengan segala
sesuatu yang berasal dari luar, seperti kondisi pasar ataupun para kompetitor.
Dalam menganalisis lingkungan terdapat tiga tahap yang dilakukan, yaitu:
1.
Menganalisis hubungan antara strategi perusahaan dan
bagaimana tanggapan dari lingkungan
2.
Menganalisis faktor-faktor yang dapat menjadi
penghambat bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis nya
3.
Menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi pada lingkungan bisnis perusahaan di masa yang akan datang
Secara garis besar
analisis lingkungan eksternal perusahaan dapat diartikan sebagai proses menganalisis
faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan yang dapat menjadi ancaman
terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan melakukan analisis lingkungan
eksternal diharapkan perusahaan dapat melakukan suatu langkah pencegahan
terhadap faktor-faktor tersebut atau pun dapat memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul di kemudian hari.
Terdapat beberapa tools dalam
melakukan analisis lingkungan eksternal, dua yang sering digunakan adalah
analisis PESTEL dan Five Forces Model.
Setelah melakukan
analisis lingkungan eksternal, perusahaan kemudian melakukan evaluasi terhadap
strategi ataupun visi dan misi perusahaan. Evaluasi ini penting untuk dilakukan
untuk mengetahui apakah strategi serta visi dan misi perusahaan masih dapat
diterapkan dalam rangka meraih keunggulan kompetitif. Merupakan hal yang lazim
dilakukan perusahaan untuk melakukan modifikasi atas strategi ataupun visi dan
misi perusahaan apabila dirasa sudah tidak lagi relevan dengan kondisi yang
terjadi. Selain itu dengan melakukan analisis lingkungan eksternal, perusahaan
juga mulai dapat meramalkan bagaimana kondisi lingkungan bisnis ke depannya,
yang kemudian dapat memberikan pengaruh terhadap kegiatan operasional ataupun
lini bisnis perusahaan.
Contoh analisis lingkungan eksternal pada Uber
·
Analisis
PESTEL
Untuk
mengetahui apakah strategi yang diterapkan oleh Uber telah sesuai dengan
kondisi makro, maka dapat digunakan analisis PESTEL yang meliputi: Political,
Economic, Sociocultural, Technological, Environmental, Legal sebagai berikut:
- Political factors
Faktor
politik meliputi hukum yang berlaku, kebijakan pemerintah, dan aturan formal
atau informal di lingkungan perusahaan. Dalam operasionalnya, Uber telah banyak
sekali menghadapi kontroversi, dalam perkembangan awalnya bahkan Uber tidak
memiliki aturan yang jelas mengenai rekrutmen, data kesehatan pengemudi dan
tanggung jawab atas kecelakaan atau tindakan kejahatan. Hal tersebut
diakibatkan karena belum adanya regulasi yang jelas untuk model bisnis
ridesharing khususnya Transportation Network Company (TNC). Di beberapa negara,
Uber harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ada seperti adanya
pembatasan emisi dan harus terdaftar di Federal Motor Carrier Safety
Administration. Namun peraturan itu bersifat umum atau tidak spesifik.
- Economic factors
Faktor
ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya beli dari customer dan
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Model bisnis Uber adalah
economic-sharing. Ini berarti bahwa kegiatannya didasarkan pada berbagi sumber
daya fisik atau intelektual. Dalam hal ini, Uber mempekerjakan pengemudi untuk
menghadapi pelanggan dan mengarahkan mereka ke suatu lokasi. Seringkali lebih
murah daripada taksi dan lebih mudah untuk menjadwalkan janji. Uber telah
tumbuh secara eksponensial sejak peluncuran pertamanya. Tetapi negara-negara
memiliki atau membatasi layanannya karena Uber memiliki persaingan yang tidak
adil terhadap taksi konvensional. Perusahaan lain dalam industri ini menghadapi
perdebatan, tetapi perkembangan cepat Uber telah mengarahkan mereka menjadi
titik fokus. Orang-orang sedang mempelajari apakah jenis ekonomi ini membawa
peluang karir baru atau menjauhkan mereka dari posisi yang sudah ada (Uber vs
mengemudi taksi tradisional), atau membawa peluang baru tetapi untuk membayar
dengan tarif yang lebih rendah.
- Sociocultural factors
Faktor
sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan dari pelanggan
dan mempengaruhi ukuran dari besarnya pangsa pasar yang ada. Uber merupakan
salah satu startup dengan pendanaan terbesar di dunia. Pada tahun 2014, Uber
secara total telah mendapatkan pendanaan sebesar USD 2,7 miliar (Rp 33 triliun)
selama lima tahun beroperasi. Dari laporan Bloomberg.com, sampai pada Juni
2015, revenue yang diperoleh oleh Uber senilai $415 juta, dan mengalami operating
loss sebesar $470 juta, Walaupun mengalami loss, valuasi Uber diprediksikan
akan mengalami pertumbuhan yang signifikan yakni dari $18 miliar menjadi $68
miliar di tahun 2016. Selain itu, pertumbuhan pada industri, peningkatan GDP,
dan meningkatnya tourism dan business travel turut menjadi kekuatan dari segi
ekonomi. Dari segi sociocultural, Uber juga unggul dalam meningkatkan customer
value. Uber dapat menghadirkan kecepatan, keamanan dan kemudahan bagi
konsumennya serta memperkenalkan mengenai budaya sharing.
- Technological factors
Faktor
teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam menghadapi tantangan
bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis perusahaan. Teknologi merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan Uber. Saat ini Uber memiliki teknologi
terkini dalam jaringan transportasi. Uber dapat mengatur layanan penjemputan di
berbagai kota di seluruh dunia. Uber akan mengirim mobil untuk konsumen melalui
pemesanan pada aplikasi Uber yang dapat diunduh dengan menggunakan smartphone.
Pada awalnya layanan ini hanya menyediakan pembayaran tanpa uang tunai yakni
menggunakan kartu kredit. Namun saat ini di berbagai negara Uber juga
menyediakan pembayaran secara tunai untuk meningkatkan fleksibilitasnya. Untuk
menjaga bisnisnya tetap berkembang, Uber selalu berusaha meng-update layanan
teknologi yang disuguhkan kepada customer. Sebagai contoh pada tahun 2016, Uber
meng-update layanan aplikasi mitra-pengemudi dengan menghadirkan 3 fitur baru
untuk para mitra-pengemudi di Indonesia yaitu Driver Destinations, Forward
Dispatch dan Venues yang dirancang agar Uber memberi manfaat lebih bagi
para customer.
- Environmental factors
Perkembangan
dari keberadaan sharing economy mengubah cara berbisnis sehingga memudahkan
entry kedalamnya dan mengurangi dampak lingkungan. Sistem ridesharing
menciptakan fuel efficiency karena tidak banyak mobil yang beroperasi, konsumen
beralih dari kendaraan pribadi menjadi menggunakan Uber.
- Legal factors
Uber dan
perusahaan pada industri ridesharing lainnya harus memperhatikan peraturan
global tentang aplikasi ridesharing. Uber memiliki banyak tantangan untuk
meyakinkan pemerintah setempat bahwa mereka menjalankan bisnis yang legal.
Sejumlah pemerintah kota sempat ingin menutup layanan Uber, contohnya San
Fransisco dan California, namun pada akhirnya Uber berhasil mendapatkan ijin
beroperasi di kota-kota tersebut.
·
Analisis
Five Force
Pada
dasarnya Five Forces Model digunakan untuk menentukan posisi suatu perusahaan
dalam kompetisi, apakah layak masuk ke dalam kompetisi dalam industri atau
tidak. Selain itu apabila memang sudah masuk kompetisi dalam industri, hal- hal
apa saja yang dapat dilakukan. Berikut merupakan Analisis Five Force untuk
Uber:
1.
Persaingan Antar Perusahaan Sejenis
Dalam
operasi bisnisnya, Uber mempunyai posisi teratas dibanding rival-rivalnya
seperti Lyft dan taksi konvensional. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor
utama yaitu market share, jumlah driver/armada dan faktor lainnya seperti nilai
kapitalisasi perusahaan, luas jaringan global, dan lain-lain. Namun demikian,
meskipun mempunyai posisi teratats, kompetisi dengan rival masih sangat tinggi.
Lyft sebagai kompetitor utama mempunyai diversity produk/jasa yang mirip dengan
Uber dapat menjadi faktor yang mempengaruhi market share Uber. Namun demikian
sebagai perwujudan customer experience, konsumen dapat memilih perbedaan rasa
kenyamanan pengalaman berkendara pada kedua perusahaan tersebut. Selain itu,
berbeda dengan Uber dan Lyft, taksi konvensional meskipun dapat dianggap
sebagai rival utama Uber mempunyai kesulitan exit barriers dalam industri
karena mempunyai asset tetap yang besar dan pegawai tetap yang terikat aturan
ketenagakerjaan. Taksi konvensional juga kurang mempunyai produk differensiasi
sehingga membuat market sharenya semakin tergerus. Meskipun demikian,
taksi konvensional tidak mempunyai tekanan/pressure terhadap beberapa
aturan pemerintah atau status hukum sebagaimana yang dialami oleh Uber.
2.
Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
Aplikasi
ridesharing seperti Uber dan Lyft memerlukan cost dan teknologi yang tinggi
sehingga dengan munculnya pemain baru dalam industri akan sangat sulit untuk
bersaing. Resource yang tinggi dan kapabilitas yang bagus sangat diperlukan
untuk terjun ke industri ini. Apabila pemain baru harus berhadapan dengan brand
pemain lama yang sudah baik dan mempunyai loyalitas pelanggan yang baik, maka
dibutuhkan suatu usaha dan upaya besar seperti harga yang bersaing (low cost
strategy), promo diskon, jumlah driver/armada yang banyak dan lain-lain yang
berarti adalah membutuhkan banyak modal. Selain itu, entry barriers dalam
industri ini juga cukup sulit seperti adanya aturan dari pemerintah setempat
yang sulit. Dengan adanya pemain baru tentu membuat reaksi defensif dari pemain
lama yang tentu menghambat upaya awal penetrasi pasar.
3.
Pengembangan Produk Substitusi
Substitusi
dalam industri dimana Uber beroperasi relatif banyak sehingga menyebabkan
kompetisi dengan produk substitusi ini sangat tinggi. Produk substitusi yang
telah ada diantaranya adalah taksi konvensional, transportasi publik seperti
bus dan KRL, dan juga motor/sepeda. Diantara produk substitut tersebut yang
paling kuat dalam bersaing adalah taksi konvensional atau dapat juga
transportasi publik seperti bus. Taksi konvensional relatif mudah dijangkau
meski mempunyai harga diatas Uber. Sedangkan transportasi publik sangat unggul
di harga yang rendah meskipun tingkat kenyamanan dan keterjangkauannya relatif
di bawah Uber. Apabila tingkat keterjangkauan (kemudahan akses mendapatkan
layanan) dan jumlah ketersediaan yang memadai atas transportasti publik dengan
harga yang rendah, maka hal tersebut merupakan suatu ancaman kompetisi yang
dapat berpengaruh signifikan terhadap operasi bisnis Uber. Kendaraan pribadi
seperti motor/sepeda/mobil juga menjadi produk substitusi yang dapat
berpengaruh terhadap operasi bisnis Uber, terutama apabila
disandingkan dengan perbandingan kualitas dan lain-lain.
4. Kekuatan
Tawar-Menawar Pembeli/Konsumen
Dalam
industri ini, kekuatan / bargaining pelanggan terhadap Uber sangat tinggi,
karena selain pelanggan dapat memilih layanan dari rival pelanggan juga
mempunyai pilihan barang substitut yang relatif banyak seperti taksi
konvensional dan transportasi publik. Jumlah pelanggan potensial dengan jumlah
driver sangat berpengaruh terhdap kompetisi. Dalam hal ini juga dapat dikatakan
bahwa switching cost oleh pelanggan sangat murah, karena pelanggan dapat dengan
mudah menggunakan aplikasi ride sharing lainnya untuk mendapatkan layanan
ataupun juga dapat dengan mudah mendapatkan layanan melalui transportasi umum.
5. Kekuatan
Tawar-Menawar Penjual/Pemasok
Ketersediaan
driver di hampir semua negara sangat banyak sehingga supply atas driver sebagai
mitra Uber dapat dengan mudah diperoleh. Hal yang perlu diperhatikan adalah
terkait dengan kompetisi dengan driver rival, sehingga perekrutan driver Uber
dari rival dimaksudkan juga untuk strategi melemahkan rival dan merebut pangsa
pasar. Selain itu, banyak manufacturing industri khususnya yang memproduksi
berbagai macam kendaraan sehingga Uber dapat dengan mudah mendapatkannya
melalui mitra yang bekerja sama. Ketersediaan oil/gas yang cukup mudah
didapatkan mengakibatkan hal tersebut bukan menjadi masalah utama dalam
kompetisi, selain itu juga alternatif penggunaan mobil berbahan gas juga dapat
menjadi pilihan apabila terdapat kenaikan bahan bakar yang cukup siginifikan.
Dapat dikatakan bahwa tidak terdapat ketergantungan Uber atas supplier tertentu
karena jumlah pilihan yang dibutuhkan relatif banyak dan mudah didapat.
Daftar
Pustaka
Ali, Hapzi. (2018). MODUL PERKULIAHAN STRATEGIC MANAGEMENT:
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana
Ikatan Akuntan
Indonesia. (2017). Modul CA - Manajemen Stratejik dan Kepemimpinan.
Retrieved September 18, 2018, from Ikatan Akuntan Indonesia Website:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/msk/#/20
Thompson, A. A.,
Peteraf, M. A., Gamble, J. E., & Strickland III, A. (2014). Crafting
and Executing Strategy : The Quest for Competitive Advantage.
McGraw-Hill.
No comments:
Post a Comment