STRATEGIC
MANAGEMENT
“Digital Era”
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM,
CMA
Disusun oleh:
Fauzan 55117120032
Program Studi Magister
Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unversitas Mercu Buana
Jakarta
Desember 2018
Era digital merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk menggambarkan kemunculan
digital, atau jaringan internet, terutama dalam bidang teknologi
informasi komputer. Media baru Era Digital sering disebut dalam menggambarkan apa yang dinamakan teknologi digital. Karakteristik dari
media digital antara lain mudah untuk dimanipulasi dan bersifat jaringan atau internet. Saat ini, media massa mulai condong beralih menjadi media digital
karena adanya pergeseran budaya dalam cara menyampaikan komunikasi.
Kemampuan media era digital ini memungkinkan masyarakat untuk menerima
informasi dengan lebih cepat, sehingga masyarakat cenderung untuk berpindah haluan dari media cetak
menjadi media digital.
Di Indonesia sendiri sudah banyak
contoh perkembangan era digital yang dapat terlihat. . Kemajuan teknologi memaksa media massa
di Indonesia merubah carany dalam menyampaikan informasi. Apabila perusahaan media massa seperti koran,
majalah atau tabloid masih tetap bertahan menggunakan
media cetak tanpa
mengikuti arus kemajuan teknologi, maka dapat di pastikan perusahaan tersebut akan mengalami
kemunduran karena kebutuhan masyarat dalam menerima informasi sudah beralih ke
media digital.
Secara umum, era digital mendatangkan
beberapa dampak positif, seperti:
·
Terbukanya peluang usaha baru
·
Membuat pekerjaan menjadi lebih mudah
·
Lebih cepat dan mudah dalam mendapatkan informasi
·
Peningkatan sumber daya manusia
·
Munculnya media massa berbasis digital
·
Dapat menjadi sarana pembelajaran
Akan tetapi, seperti dua sisi mata uang, era digital juga memiliki dampak
negatif, diantaranya:
·
Dapat meningkatkan pengangguran
·
Privasi menjadi kurang terjamin
·
Penyalahgunaan pengetahuan
·
Menimbulkan kemalasan
·
Kecenderungan seseorang menjadi pribadi yang egois
Dunia
digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi publik dan kepentingan bisnis. Namun juga
memberikan tantangan terhadap segala bidang kehidupan
untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi dalam kehidupan.Penggunaan bermacam teknologi
memang sangat
memudahkan kehidupan, namun gaya hidup digital pun akan makin
bergantung pada
penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita patut bersyukur semua
teknologi ini
makin memudahkan, hanya saja tentunya setiap penggunaan mengharuskannya
untuk mengontrol
serta mengendalikannya. Karena bila terlalu berlebihan dalam
menggunakan
teknologi ini kita sendiri yang akan dirugikan, dan mungkin juga kita tak dapat
memaksimalkannya.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat hingga merasuk di seluruh
lini kehidupan
sosial masyarakat, ternyata bukan saja mengubah tatanan kehidupan sosial,
budaya masyarakat
tetapi juga kehidupan politik.
Kecanggihan
teknologi yang dikembangkan oleh manusia benar-benar dimanfaatkan
oleh para politisi
yang ingin meraih simpati, dan empati dari masyarakat luas. Untuk
menaikan
elektabilitas dan popularitas dapat dilakukan dengan fasilitas digital seperti
salah satunya smartphone sekarang dengan di
sediakan fitur/aplikasi yang canggih yang
berhubung langsung
ke jejaring sosial yang mampu menghubungkan antara individu yang
satu dengan yang
lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya bahkan negara
yang memberikan
dampak besar dalam politik moderen. Mekanisme elektronik juga telah
mengubah aktivitas
dalam pemilihan seperti kampanye berbasis internet, website-website, email dan podcast. Hal ini menjadi
fasilitas bagi para kandidat dan partai-partai politik
sebagaii sarana
yang cepat dan murah untuk mengirim pesan kepada audiens, yang memungkinkan mereka untuk merekrut
para sukarelawan kampanye dan menggalang dana- dana kampanye,
penggunaan media digital Smartphone yang tehubung dengan jejaring sosial
sangat efektif
terutama dalam menjangkau masyarakat muda, yang sering kali merupakan
segmen masyarakat yang paling sulit untuk dilibatkan melalui
strategi-strategi konvensioanal.
Dalam
bidang sosial budaya, era digital juga memiliki pengaruh positif dan dampak
negatif yang
menjadikan tantangan untuk memperbaikinya. Kemerosotan moral di kalangan
masyarakat
khususnya remaja dan pelajar menjadi salah satu tantangan sosial budaya yang
serius. Pola
interaksi antar orang berubah dengan kehadiran teknologi era digital seperti
komputer terutama
pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Komputer yang
disambungkan
dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan
dengan dunia luar tanpa harus bersosial langsung.
Dalam
bidang pertahanan dan keamanan penggunaan teknologi di era digital berperan
dalam membantu
pertahan dan keamanan nasional. Lembaga militer diantaranya, telah
menempatkan
teknologi informasi sebagai salah satu senjata yang mendukung kekuatan dan
persatuan
organisasi. Sejalan dengan kekhasan organisasi militer yang selalu menuntut
kecepatan dan
ketepatan informasi sebelum mengambil sebuah keputusan (perumusan
strategi),
penerapan teknologi digital sangat mendukung program tersebut. Teknologi
informasi telah
berpengaruh pada perubahan strategi militer. Tantangan dalam bidang
pertahanan seperti
menghadapi ancaman dari luar yang bersifat maya seperti aktifitas hacker
yang bisa merusak
sistem situs pertahanan Indonesia menjadi perhatian serius. Teknologi
digital
dikombinasikan dengan teknologi perang lainnya memungkinkan untuk menciptakan
jenis perang yang secara kualitatif seperti penggunaan robot
perang.
Dalam
bidang teknologi informasi sendiri, tantangan nyata pada era digital semakin
kompleks karena
berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-pengaruh yang bisa
membuat perubahan
di setiap sisi. Teknologi informasi merupakan bidang pengelolaan
teknologi dan
mencakup berbagai bidang (tetapi tidak terbatas) seperti proses, perangkat
lunak komputer,
sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data
konstruksi. Setiap
data, informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual
apapun, melalui
setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari teknologi
informasi.
Teknologi informasi memfasilitasi bisnis dalam empat set layanan inti untuk
membantu
menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, menghubungkan dengan pelanggan, dan
alat-alat produktivitas. Tantangan dalam bidang
teknologi
informasi sangat banyak seperti memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan
pekerjaan.
Era digital harus disikapi dengan
serius, menguasai, dan mengendalikan peran
teknologi dengan
baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan. Pendidikan harus
menjadi media
utama untuk memahami, mengusai, dan memperlakukan teknologi dengan
baik dan benar.
Anak-anak dan remaja harus difahamkan dengan era digital ini baik manfaat
maupun
madlaratnya. Orang tua harus pula difahamkan agar dapat mengontrol sikap anak- anaknya terhadap
teknologi dan memperlakukannya atau menggunakannya dengan baik dan
benar. Pengenalan
tentang pemanfaatan berbagai aplikasi yang dapat membantu pekerjaan
manusia perlu
dikaji agar diketahui manfaat dan kegunaannya serta dapat memanfaatkannya
secara efektif dan
efisien terhindar dari dampak negatif dan berlebihan. Demikian juga
pemerintah
melakukan kajian mendalam era digital ini dalam berbagai bidang seperti
politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan atau keamanan serta
teknologi informasi.
Namun
disisi lain dunia anak sangat memprihatinkan khususnya pada perubahan
karakter dan
mental. Sikap anak-anak yang agresif dan kekerasan fisik sering disaksikan
dalam pergaulan
dengan sesamanya merupakan fenomena yang saling berhubungan.
Pemberitaan anak
SD yang melakukan bullying dengan unsur kekerasan fisik sering muncul
ditelevisi dan
media online sebagai salah satu akibat dari game online dengan
unsur
kekerasan. Akses
terhadap pornografi dan pornoaksi membuat anak mengalami perubahan
mental yang
mengkhawatirkan khususnya pada pergaulannya yang mengarah pada seks
bebas.
Merosotnya
nilai moral pada anak memang menjadi keprihatinan serius pemerintah
dan masyarakat,
namun di era serba digital sekarang dengan arus teknologi infomasi yang
sulit dibendung
menjadikan persoalan tersebut tidak sederhana. Media yang tanpa kontrol
dapat dengan mudah
mencuci otak anak melalui game online. Anak lebih tertarik pada
handphone (android-nya)
dari pada permainan tradisional, dongeng, dan lagu-lagu anak yang
sarat dengan
pendidikan. Bahkan iklan barang haram seperti miras dan nakotika dikemas
secara menarik
bagi anak melalui internet dalam bentuk game online menambah kompleksitas
persoalan moralitas anak.
Keseringan dengan gadget-nya
anak bisa menjadi bersikap anti sosial dan kurang
percaya diri sebab
banyak mengurung diri dalam kamar karena asyik dengan handphone dan
game online. Akibatnya
dapat menggerus nilai kepekaan sosial, kepedulian,dan empati pada sesama. Karakter egoisme dan
keras kepala bisa merasuki anak jika terlalu sering berinteraksi
dengan game
online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game
favorit anak,
tentunya hal itu
secara tak sadar anak akan meniru aksi pada game dan mengaplikasikannya
pada dunia nyata saat bergaul dengan teman dan keluarganya.
Salah
satu solusi untuk pendidikan anak di era digital adalah model parenting
immun
selfer.
Model parenting immun selfer adalah model pendampingan anak yang efektif
khususnya dalam
parenting penggunaan perangkat teknologi seperti gadget. Memberi sistem
imun pada anak
sangat penting dikarenakan orang tua tidak setiap saat dapat berada
disamping anak. Ia
bergaul dengan temanya yang kadang memamerkan informasi
(pornografi) yang
memang tak layak baginya. Melalui model parenting immun dan
pendekatan kasih
sayang dan penyadaran diri, anak mempunyai filter dan imuns ketika tidak
berada disekitar
orang tua. Orang tua harusnya menanamkan nilai selektif diri pada anak
misalnya mengenai
mana informasi dan akses berita apa yang baik dan sesuai dengan diri
anak
Pendidikan
dan penerapan agama dalam keluarga memegang peranan penting dalam
parenting immun.
Seperti meberlakukan waktu beribadah, waktu belajar, dan waktu santai
secara
proporsional. Dalam hal ini orang tua disini harus tegas bila mengenai
pendidikan
agama atau akidah
anak dan tak bisa ditolelir bila anak menolak misalnya untuk mengaji dan
beribadah. Penanaman
pendidikan akidah dan akhlak harus disertai contoh konkret yang bisa
mereka saksikan
dan masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan
kesadaran
rasional. Melalui pengalaman yang utuh melalui pengamatan, mendapat
penjelasan, dan
mengalaminya maka menjadi mudah dalam menanamkan nilai akhlak dan
karakter. Orang
tua adalah tokoh idola dikeluarga sosok pahlawan yang penuh kasih sayang.
Dengan demikian
upaya untuk menghasilkan generasi emas akan dengan mudah
dilaksanakan.
Analisis strategi era digital pada Zahra Publishing House
Sekilas
Zahra Publishing House
Penerbit
Zahra didirikan pada bulan Mei tahun 2002 dan diresmikan pada bulan Juni di tahun yang sama di
Jakarta. Pada awalnya penerbit Zahra bernama
Pustaka Zahra, namun berganti nama menjadi Zahra Publishing House. Zahra memiliki beberapa kantor
yang tersebar di Indonesia yakni; Jakarta
(kantor pusat), Bandung, Jogja, dan Surabaya. Zahra juga memiliki agen penjualan di kota Pekanbaru,
Riau. Zahra memiliki arti bercahaya. Penerbit
Zahra menerbitkan buku-buku yang memberikan pencerahan kepada para pembacanya. Dengan moto Menembus Cakrawala
Berpikir, Penerbit Zahra mengusung
amanat visi perusahaan “untuk ikut serta dalam mencerdaskan serta mendewasakan masyarakat, lepas
dari kepicikan dan belenggu dogma-dogma”. Penerbit Zahra menerbitkan buku-buku
yang diharapkan dapat menjadi
teman seperjalanan bagi masyarakat dalam proses pendewasaan diri dan penyempurnaan spiritual. Sejak
berdirinya hingga kini, Penerbit Zahra tetap
konsisten dalam menjaga kualitas buku-buku yang diterbitkannya. Dalam usianya yang masih muda ini,
Penerbit Zahra telah konsisten dalam menjaga
mutu keluarannya.
Lini-lini Zahra
Publishing House yaitu:
·
DASTAN BOOKS
·
DARAS BOOKS
·
ZAHRA
·
ZAHRA NOVEL
·
ZAHRA KOMIK
E-Commerce pada Zahra
Publishing House
Model bisnis e-commerce
dari Zahra Publishing House adalah virtual
storefront. Kategori ini menjual produk fisik atau jasa online.
Dengan website sebagai sarana toko virtual. Pengiriman barang dan jasa non digital
menggunakan sarana-sarana tradisional (seperti
jasa pos dan kurir). Produk yang dimiliki perusahaan menuntut untuk dikirim melalui media
tradisional dan perlunya kelengkapan
informasi-informasi penting mengenai produk yang dihasilkan dan dimiliki maupun
kemampuan perusahaan.
Zahra Publishing
House memilih untuk mengimplementasikan
e-commerce ke dalam setiap lini bisnis yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk memanfaatkan teknologi yang ada serta mendukung
penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan Zahra. Hal ini sesuai dengan pendapat Marc J. Eipstein bahwa perusahaan yang
menerapkan e-commerce dalam setiap
kegiatan perusahaannya adalah termasuk dalam strategi integrasi e-commerce yang full
integration. Namun, dengan mempraktekkan
strategi tersebut bukan berarti Zahra akan mendapat
semua keuntungan tanpa kekurangan, hal ini sesuai dengan
pendapat Marc J. Eipstein bahwa kekurangan yang dimiliki
oleh strategi full integration adalah adanya potensial konflik antara penjualan konvensional
yang dilakukan denganpenjualan secara e-commerce.
Karakteristik
implementasi dari Zahra Publishing House adalah Boutique. Namun, berdasarkan hasil
wawancara serta observasi yang
dilakukan oleh penulis terdapat beberapa aspek yang dimana memiliki kelebihan dibanding
karakteristik yang terdapat dalam
teori. Aspek tersebut antara lain:
a. Customers, dimana
target pasar yang dimiliki oleh pihak
perusahaan Zahra Publishing House sendiri adalah
luas dan terdiri dari beberapa segmen pasar. Sedangkan
pada karakteristik boutique disebutkan bahwa
target pasarnya hanya berkisar komunitas atau kecil.
b. Partners (mitra),
dimana perusahaan Zahra Publishing memiliki
beberapa partners atau mitra, yaitu; web design agency,
ISP, suppliers, delivery logistics serta bank.
Sedangkan dalam boutique seharusnya hanya memiliki
ISP sebagai mitra
c. Staff Size, dimana
perusahaan Zahra Publishing House memiliki
staf sebanyak 15 orang, sedangkan dalam boutique
seharusnya
staf tidak lebih dari 10 orang.
d. Organisasi,
dimana pihak Zahra Publishing House memiliki
struktur organisasi yang jelas. Hal ini berbeda
dengan karakteristik boutique yang seharusnya yakni tidak terstruktur atau improvised.
Daftar Pustaka
Ali, Hapzi. (2018). MODUL PERKULIAHAN STRATEGIC MANAGEMENT:
Digital Era. Universitas Mercu Buana
Thompson, A. A.,
Peteraf, M. A., Gamble, J. E., & Strickland III, A. (2014). Crafting
and Executing Strategy : The Quest for Competitive Advantage. McGraw-Hill
Shalati, Rahardian & Helni Mutiarsih Jumhur. (2012). Analisis Implementasi E-Commerce (Studi
pada Zahra Publishing House). Universitas Telkom
Setiawan, Wawan. (2017). Era Digital dan Tantangannya. Seminar
Nasional Pendidikan.
No comments:
Post a Comment